Sesungguhnya manusia
berdasarkan fitrahnya, diciptakan senang memberikan manfaat kepada orang yang
telah meninggal, dengan persangkaan dan anggapan bahwa amalan yang mereka
kerjakan itu bisa memberikan manfaat kepada si mayat ketika di dalam kuburan
dan setelah ia dibangkitkan darinya.
Di antara amalan
yang paling banyak dilakukan oleh umat Islam dewasa ini adalah tahlilan, yaitu
dengan memperingati hari-hari tertentu dari kematian seseorang dengan anggapan
bahwa itu dapat membantu perjalanan roh orang yang meninggal menuju akhirat.
Padahal hal ini sama sekali tidak pernah dicontohkan dan diperintahkan oleh
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang
tidak kami perintahkan, maka perbuatan tersebut tertolak.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Berdasarkan
hadits-hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, maka
ada beberapa amalan yang bisa terus mengalir bagi seseorang meskipun ia telah
meninggal dunia. Diantaranya adalah:
A. AMALAN
DARI PERBUATANNYA SEBELUM MENINGGAL
1. Shadaqah
jariyah
Shadaqah jariyah adalah suatu ketaatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengharapkan ridha Allah Subhaanahu Wa Ta’ala, agar orang-orang umum bisa memanfaatkan harta yang disedakahkannya tersebut sehingga pahalanya mengalir baginya sepanjang barang tersebut masih ada.Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendo’akannya.” (HR. Muslim).
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang membangun
masjid untuk mencari wajah Allah, niscaya Allah membangunkan untuknya sebuah
rumah di dalam surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Ilmu yang
Bermanfaat
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Barangsiapa mengajarkan suatu
ilmu, maka dia mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya, tidak mengurangi
dari pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun.” (HR. Ibnu Majah).
Sama saja apakah dia
mengajarkan ilmu tersebut kepada seseorang atau berupa buku yang orang-orang
mempelajarinya setelah kematiannya.
Dari
‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—dia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam bersabda, “Orang yang mengajarkan kebaikan dimintakan ampunan oleh
segala sesuatu, sampai ikan-ikan yang ada di dalam lautan.” (HR. Al
Bazzar).
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang menyeru kepada
petunjuk (kebajikan), maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala
orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala-pahala mereka
sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa
seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa-dosa
mereka sedikitpun.” (HR. Muslim).
3. Anak
shaleh yang mendo’akan orang tuanya
Anak termasuk usaha
orang tua, sehingga amalan-amalan shaleh yang diamalkan si anak, juga akan
menjadikan orang tua mendapatkan pahala amalan tersebut, tanpa mengurangi
pahala anak tersebut sedikit pun. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik yang kamu makan adalah yang (kamu
dapatkan) dari usaha kamu, dan sesungguhnya anak-anakmu itu termasuk usaha
kamu.” (HR. At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).
4. Apabila
manusia, hewan atau burung memakan tanaman milik orang yang telah meninggal
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidaklah seorang Muslim menanam tanaman, kecuali apa yang dimakan dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya (orang yang menanam). Dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Dan apa yang dimakan oleh binatang buas dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Dan apa yang dimakan oleh seekor burung dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Dan tidaklah dikurangi atau diambil oleh seseorang dari tanaman tersebut kecuali merupakan sedekahnya.” (HR. Muslim).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidaklah seorang Muslim menanam tanaman, kecuali apa yang dimakan dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya (orang yang menanam). Dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Dan apa yang dimakan oleh binatang buas dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Dan apa yang dimakan oleh seekor burung dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Dan tidaklah dikurangi atau diambil oleh seseorang dari tanaman tersebut kecuali merupakan sedekahnya.” (HR. Muslim).
Imam
Nawawi—rahimahullah—berkata mengomentari hadits di atas, “Hadits ini
menunjukkan keutamaan menanam dan mengelola tanah, dan bahwa pahala orang yang
menanam tanaman itu mengalir terus selagi yang ditanam atau yang berasal
darinya itu masih ada sampai hari kiamat.”
Hal ini berbeda
dengan sedekah jari-yah, karena tanaman itu tidak dimaksudkan (diniatkan)
sebagai sedekah jariyah, akan tetapi hasil yang dimakan dari tanaman ter-sebut
menjadi sedekah jariyah tanpa ke-inginan dari pemiliknya atau ahli warisnya.
5. Bersiaga di jalan Allah
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Bersiaga di jalan Allah (menjaga
jika musuh menyerang) sehari semalam lebih baik dari pada puasa dan mendirikan
shalat satu bulan, dan apabila (orang yang bersiaga tersebut) meninggal dunia
maka amalan yang sedang dia kerjakan tersebut (pahalanya terus) mengalir
kepadanya, rezekinya terus disampaikan kepadanya dan dia terjaga dari ujian
(kubur).” (HR. Muslim).
6. Menggali
kubur untuk mengubur seorang Muslim
Dari Abu Rafi’
Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda, “Barang siapa yang memandikan jenazah dan ia menyembunyikan cacat
jenazah tersebut, niscaya dosanya diampuni sebanyak 40 dosa. Dan barangsiapa
yang mengafani jenazah, niscaya Allah akan memakaikan kepadanya kain sutera
yang halus dan tebal dari surga. Dan barang siapa yang menggali kuburan untuk
jenazah dan dia memasukkannya ke dalam kuburan tersebut, maka dia akan diberi
pahala seperti pahala membuatkan rumah, yang jenazah itu dia tempatkan (di
dalamnya) sampai hari kiamat.” (HR. Al Baihaqi dan Al Hakim. Al Hakim
berkata, “Hadits ini sesuai syarat Imam Muslim”, dan Imam Adz-Dzahabi
menyetujuinya).
B. AMALAN
YANG BERASAL DARI USAHA-USAHA ORANG LAIN
1. Do’a
untuk mayat
Orang yang telah
meninggal akan mendapatkan manfaat dari do’a orang lain pada beberapa
tempat/waktu yaitu:
a. Do’a
ketika akan meninggal atau setelah meninggal
Dari Ummu Salamah,
dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, Jika
kalian mengunjungi orang yang sakit atau orang yang telah meninggal maka
ucapkanlah kebaikan, sesungguhnya para malaikat mengaminkan apa-apa yang kalian
ucapkan.” (HR. Muslim).
b. Do’a
untuk mayat dalam shalat jenazah
Dari Abu Umamah
Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda, “Jika kalian menyalatkan jenazah, maka murnikanlah do’a
untuknya.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Dari Auf bin Malik
Radhiyallahu ‘Anhuma, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
menyalatkan satu jenazah, lalu saya hafalkan do’anya. Beliau berdo’a,
“Ya Allah, ampunilah
dia, kasihanilah dia, jauhkanlah dia (dari musibah), maafkanlah dia,
muliakanlah tempatnya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah dia dengan air,
dengan es dan embun, bersihkanlah ia dari kesalahan-kesalahan sebagaimana
pakaian yang putih dibersihkan dari kotoran. Berilah ia ganti kampung yang
lebih baik dari kampungnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari
keluarganya (di dunia), istri yang lebih baik dari istrinya (di dunia).
Masukkanlah ia ke dalam surga, lindungilah ia dari adzab kubur dan adzab
neraka.” Lalu Auf bin Malik berkata, “Sampai-sampai aku membayangkan sekiranya
akulah mayat itu.” (HR. Muslim).
c.
Memohonkan ampun untuk mayat
Dari ‘Utsman bin
‘Affan Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, “Kebiasaan Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam apabila selesai menguburkan mayat, beliau berdiri lalu
bersabda, “Mohonkanlah ampunan untuk saudaramu dan mintalah keteguhan,
sesungguhnya sekarang dia sedang ditanya.” (HR. Abu Dawud dan Hakim).
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam juga bersabda, “Sesungguhnya Allah sungguh
akan mengangkat derajat seorang hamba yang shaleh di surga. Hamba tadi berkata,
“Ya Rabb, bagaimana bisa saya mendapatkan derajat ini?” Allah menjawab, “Karena
istighfar anakmu untukmu.” (HR, Imam Ahmad dengan sanad yang shahih).
Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam menyebut anak, karena anak yang biasanya beristighfar untuk
orang tuanya. Penyebutan anak di sini sebagai keumuman, bukan sebagai
pembatasan manfaat hanya dari anak. Maka seorang Muslim mana saja meminta ampun
untuk saudaranya Muslim yang lain, niscaya hal itu bermanfaat baginya.
d. Do’a
untuk yang telah meninggal ketika kuburannya diziarahi
Dari Buraidah, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mengajari para sahabat jika ziarah kubur, agar hendaklah mereka mengatakan:
“Semoga
keselamatan bagi kalian wahai penghuni kubur dari golongan mu’min dan muslim.
Kami insya Allah pasti akan menyusul kalian. Kalian bagi kami adalah pendahulu
dan kami bagi kalian adalah pengikut. Aku memohonkan bagi diri kami dan kalian
keselamatan.” (HR. Muslim).
e. Do’a
untuk orang-orang yang telah meninggal secara keseluruhan
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman, artinya: “Dan orang-orang yang datang setelah mereka (para sahabat), mereka mengatakan, “Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam keimanan.” (QS. Al-Hasyr. 10).
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Do’a seorang Muslim untuk
saudaranya (sesama Muslim) yang tidak ada di hadapannya merupakan (do’a)
mustajabah (dikabulkan). Di dekat kepala orang yang berdo’a tersebut ada
malaikat yang ditugaskan, setiap dia berdo’a kebaikan untuk saudaranya,
malaikat tersebut berkata, “Amin dan semoga kamu mendapatkan hal yang sama.”
(HR. Muslim).
Do’a tersebut
berlaku bagi orang yang masih hidup dan juga bagi yang telah meninggal dunia.
2. Banyaknya
Orang yang Menyalatkan Jenazah
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidak ada satu jenazah pun yang
dishalatkan oleh sekelompok Muslim yang mencapai seratus—semuanya meminta buat
si mayat—kecuali permintaan mereka buat si mayat itu diterima.” (HR.
Muslim).
Boleh jadi sang
mayit juga diampuni dosanya jika dishalatkan oleh kurang dari seratus orang
asalkan orang-orang yang menyalatkan itu termasuk orang-orang yang bertauhid.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidak ada seorang
Muslim pun yang wafat, lalu jenazahnya dishalatkan oleh 40 orang yang tidak
menyekutukan Allah dengan apa pun, kecuali Allah menereima permintaan mereka
buat mayat itu.“
3. Pujian
Kebaikan Buat Orang yang Telah Meninggal
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Barang siapa yang kalian puji
dengan kebaikan maka pasti baginya surga, dan barang siapa yang kalian
sebut-sebut kejelekannya maka pasti baginya neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Wallahu A’lam
sumber: (Al Fikrah)